Kabupaten Enrekang adalah salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan. Enrekang berada di kaki gunung Latimojong salah satu gunung tertinggi di Indonesia. Masyarakat Enrekang terkenal sebagai masyarkat yang religius. Pada salah satu wilayah bagian timur dari Kabupaten Enrekang bermukim satu komunitas masyarakat adat, yaitu masyarakat adat Kaluppini. Komunitas masyarakat adat Kaluppini ini adalah salah satu komunitas adat yang masih sangat kuat menjaga tradisi kearifan lokal dan adat istiadat. Sebagian banyak tradisi kearifan lokal dan adat istiadat masih dijalankan secara kuat hingga hari ini yang sangat kental dengan tradisi islam.
Salah satu tradisi kearifan lokal yang masih terjaga hingga saat ini adalah tradisi “Ma’kombong” yang artinya bergotong royong. Tradisi ma’kombong masih sangat terjaga dan dilakukan secara turun-temurun oleh masyarakat komunitas adat Kaluppini. Ma’kombong biasanya dilakukan oleh masyarakat adat Kaluppini dalam segala lini dan sektor kehidupan bermasyarakat contohnya saat ini adalah dalam proses tanam jagung hingga panen dilakukan secara bersama-sama oleh masyarkat komunitas adat kaluppini. Kegiatan lain adalah dalam pelaksanan ritual adat Rombu solo (Tahlilan malam Kematian) atau rombu tuka (Pernikahan, aqiqah, Syukuran rumah Baru, Perayaan Maulid) komunitas adat Kaluppini akan secara suka rela membawa kayu bakar ke tempat acara di lakukan.
Ketika itu, pada hari minggu tanggal 12 Maret 2023 dilakukan pengecoran teras Mesjid Nurul Muttaqin Dusun Kajao desa Kaluppini. Mesjid ini adalah mesjid Jami untuk Komunitas masyarakat adat Kaluppini karena menjadi satu-satunya mesjid untuk tempat melaksanakan shalat Jumat bagi masyarakat adat Kaluppini. Pengecoran ini dilakukan secara gotong royong oleh komunitas adat Kaluppini. Pada hari itu seluruh masyarkat komunitas adat tanpa terkecuali seperti orang tua, perempuan, anak muda semua berbaur dalam melakukan kegiatan pengecoran tersebut. Semua masyarakat terlibat tanpa mengenal kasta dan status sosial, pemerintah desa, tokoh adat, tokoh agama semua bersatu dan mengambil peran dalam proses pelaksanan pengecoran.
Pelaksanan pengecoran dimulai sejak pagi hari pukul 08.00 hingga selesai. Kegiatan ini dihadiri oleh ratusan warga dari masyarakat komunitas adat Kaluppini baik laki-laki maupun perempuan. Pada pagi hari, para perempuan sibuk untuk menyiapkan kue, minuman dan makan siang untuk masyarakat yang hadir dalam kegiatan pengecoran, sementara laki-laki sudah mulai melakukan kegiatan pengecoran. Mereka masing-masing mengambil peran sesuai dengan kemampuan mereka. Setelah kelompok perempuan selesai menyiapkan makanan, mereka bergabung dengan kelompok laki-laki untuk memebantu proses pengecoran. Perempuan mengambil peran sebagai pengangkut bahan campuran beton dengan menggunakan ember kecil. Kegiatan ini akhirnya selesai pada pukul 11.00 wita kemudian dilanjutkan dengan makan siang bersama dari makanan yang telah disiapkan oleh perempuan pada pagi hari.
Ditulis oleh Sultan, Program Manager Sulawesi Community Foundation